Sabtu, 07 April 2012

Di tengah Tahajjud, Cintaku Bersujud

Ada yang datang mengetuk pintu "rumahku", aku tak mendengar langkahnya memasuki halaman rumahku. Kulihat dari balik jendela, aku seperti mengenalnya namun aku lupa siapa dia. Beberapa kali dia mengetuk pintu namun tak berani aku membukanya, aku masih takut karena aku tak mengenalnya. Dia terus saja mengetuk dan meminta diijinkan masuk, dari nada bicaranya aku seperti mengenal dia. Hatiku masih saja ragu siapa gerangan yang datang itu, haruskah kubukakan pintu...



Tiba-tiba tak kudengarkan lagi suara ketukannya, diapun berhenti memintaku untuk mengijinkannya masuk. Aku mencoba melihat keluar jendela dan tak kudapati dia disana, aku kalut dan berlari mencarinya. Ada rasa menyesal tak membiarkan dia masuk dan aku dikagetkan dengan suara di belakangku



"Ijinkan aku masuk dan akan kujelaskan siapa aku!"

Suara itu begitu jelas di telingaku namun saat kubalikan badan, tak kudapati siapapun di belakangku. Tak satupun kata keluar dari mulutku hanya rasa penasaran dan galau bercampur jadi satu. Aku terduduk di atas rumput di halaman rumahku, ada sesuatu dalam hatiku berkata bahwa aku harus bertemu dengannya. Entah untuk alasan apa aku harus bertemu dengannya, entah dari mana keinginan itu begitu kuat. Aku hanya mampu tertunduk menahan genangan di pelupuk mataku agar tak lagi jatuh ke bumi, bumi sudah terlampau sering menerima tetesan bening dari hatiku.

"Bangunlah, ijinkan aku masuk dan kau akan tahu siapa aku!"

Kulihat sosok itu melangkah perlahan dari balik gerbang rumahku, suaranya semakin aku kenal, suara yang khas di telingaku. Ingatanku seakan terbuka dan mulai mengingatkanku akan sosoknya namun tak semudah itu, semuanya masih terasa gamang. Dia semakin mendekat dan mengulurkan tangannya memintaku untuk berdiri. Antara sadar dan tidak ku turuti perintahnya, kuberdiri meski masih sedikit limbung. Setelah memastikan aku benar-benar telah sadar betul dia mulai berkata lagi.


"Ijinkanlah aku masuk kerumahmu... "

"Aku adalah bagian darimu, apa kau tak ingat?"

"Maaf, kau telah lama menungguku"

"Aku ingin membalas atas semua waktu yang terbuang"

"Tolong, ijinkan aku masuk"

Aku masih tak bergeming, kata-kata itu nampak tak asing ditelingaku namun ingatanku masih samar akan sosok dihadapanku itu. "Ya Allah...siapa dia?" batin ini terus bergejolak, aku merasa mengenalnya tapi siapa dia. Mulutku ingin berkata-kata namun semuanya seperti berhenti di tenggorokan, mulutku benar-benar terkunci rapat.

"Akulah yang sedang kau nanti,,,"

"Apa kau lupa?"

"Aku membawa Potongan Rasa Cinta yang ada di hatimu"

"Bukankah kau sedang mencariku untuk menutup lubang hatimu?"

Potongan Rasa Cinta...

Sekarang aku ingat, tapi bukankah dahulu dia juga pernah datang padaku dengan kata-kata yang sama namun tak berapa lama dia pergi begitu saja? Berjuta tanda tanya baru muncul dikepalaku, untuk apa dia datang lagi setelah sekian lama pergi. Dulu dengan senang hati aku menyambut kedatangannya bahkan aku memintanya masuk ke rumahku sebelum dia memintanya. kini aku tak mau percaya begitu saja apa yang dikatakannya. Aku masih saja diam berpura-pura belum mengingatnya meski hatiku tak bisa mengingkari bahwa aku merindukannya.

"Aku tahu pasti kau sudah ingat siapa aku!"

"Aku akan tetap di sini sampai kau mengijinkanku masuk"

Mulut yang sedari tadi terkunci kini sekan bergerak sendiri, seperti ada yang menuntunku mengucapkan setiap kata yang keluar dari mulutku.

"Ya, aku sudah ingat siapa kau"

"Akupun ingat apa yang pernah kau lakukan dan katakan padaku"

"Bahwa ternyata yang kau bawa bukanlah Potongan Rasa Cinta yang tepat untuk menutup lubang hatiku"

"Untuk apa kau datang kembali jika nanti kau akan pergi lagi"

Aku membalikan badanku dan melangkah meninggalkannya tapi ada yang sakit di dalam hatiku yang menghentikan langkahku.

"Kau tak bisa meninggalkanku"

"Kau sangat membutuhkan dan akupun membutuhkanmu"

"Aku datang membawa potongan rasa cinta yang baru"

"Aku yakin potongan ini bisa menutup lubang di hatimu"

"Aku langsung berlari mencarimu saat menemukan potongan ini"

Aku berhenti namun masih membelakanginya, ingin berbalik namun aku masih ragu. Aku tak berani memandangnya karena takut aku kan luluh dengan kata-katanya.



"Kamu mengatakan kamu langsung berlari mencariku saat menemukan potongan rasa itu"

"Bukankah itu sama halnya dengan kau mencuri dari pemiliknya?"

"Jika kamu yakin dengan potongan itu bisa menutup lubang dihatiku, kembalilah dulu"

"Mintalah ijin pada pemiliknya untuk membawa potongan rasa cinta itu padaku"

"Aku tak mau memasang potongan itu jika memang tak diijinkan oleh pemiliknya"

Kubalikkan badanku dan kulihat kini dia yang terduduk sambil memegang sesuatu ditangannya. Sebuah Potongan Rasa Cinta yang masih terbungkus rapi dan nampak belum tersentuh

"Ya, aku sangat ingin bertemu denganmu"

"Sehingga ku tak sempat meminta ijin mengambil potongan ini"

"Jika kau mau menungguku, aku berjanji akan kembali"

"Ku akan meminta ijin pada pemiliknya agar memberikan potongan ini untukku"

"Akan kuberikan potongan rasa cinta ini untukmu dan kubalut dengan kain ketulusan"

Semua beban berat dihatiku seakan terangkat, aku melihat dia melangkah pergi namun bukan rasa kehilangan yang meliputi perasaanku. Meski dia tak mengatakan kapan akan kembali namun hatiku seakan yakin bahwa dia akan datang lagi bahkan bersama sang pemilik Potongan Rasa Cinta itu. Lubang di hatiku masih ada namun sakitnya sudah tak terasa, hanya ada rasa damai yang menyelimuti hati mengingat bahwa hatiku hanya milik-Nya. Potongan Rasa Cinta itupun milik-Nya, hanya saat Dia memberikannya untukku maka akan aku pasang Potongan Rasa Cinta itu untuk menutup lubang hatiku.

Allahu Akbar... Allahu Akbar...

Sebuah suara menyadarkanku, ya itu kumandang adzan subuh. Ternyata aku tertidur setelah "lelah" dalam sujud-sujud panjang tahajjudku, meletakkan segala cinta diatas cinta-Mu...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar